selang beberapa jam setelah serangan mematikan di Ibu Kota Paris, Prancis, Jumat malam lalu, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka adalah pelaku serangan yang menewaskan sedikitnya 129 orang itu.
Keterangan tertulis ISIS disebar ke media massa Prancis hari ini, Sabtu (14/11). Dalam surat berbahasa Prancis itu, militan khilafah menyatakan Prancis sejak beberapa bulan ini sudah menjadi "target utama operasi."
ISIS menjelaskan serangan ke Paris dilancarkan militan kiriman mereka, sebagai balasan atas kebijakan Negeri Anggur mengirim jet menghancurkan markas mereka di Suriah.
"Prancis berani menghina kekalifahan dengan mengirim pesawat-pesawat mereka ke Suriah. Kekhalifahan Islam kini meruntuhkan kesombongan mereka di Paris. Serangan ini cuma awal dan peringatan bagi kaum kafir untuk menjadi pelajaran," demikian kutipan pernyataan ISIS yang disebar Al Hayat Media Centre, sayap propaganda para militan.
Dalam pernyataan ISIS di media sosial Twitter, mereka juga membeberkan beberapa alasan mengapa mereka melancarkan serangan ke Paris. Berikut empat alasan tersebut:

1.
Hina Nabi Muhammad lewat tabloid satir Charlie Hebdo

Dalam pernyataan yang dikeluarkan ISIS di Twitter tak lama setelah serangan di tujuh lokasi berbeda di Paris, kelompok radikal itu menyebut alasan mereka menyerang ibu kota Prancis itu. Salah satunya yaitu karena penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Seperti diketahui tabloid satir Prancis Charlie Hebdo dikenal dengan gambar-gambar kartunnya yang menghina Nabi Muhammad.

Juru bicara pemerintah Prancis Najat Vallaud-Belkacem menyatakan tindakan majalah itu bisa menimbulkan kerusuhan. "Rasanya tak perlu menuangkan minyak pada api," ujarnya pada stasiun televisi France 2 pada 2012 lalu.

Tabloid itu selama ini mampu menjual 30 ribu eksemplar dari kios-kios majalah dan bahkan penjualannya bisa dua kali lipat hingga ludes jika memuat isu kontroversial kartun Nabi.

Pada September lalu pemerintah Prancis mengkritik majalah itu lantaran menerbitkan kartun Nabi Muhammad telanjang. Saat itu situasi dunia tengah memanas karena munculnya film menghina Nabi the Innocence of Muslims. Ketika itu edisi majalah itu ludes hanya dalam beberapa jam.

Pada 2006 Charlie Hebdo juga menerbitkan kartun Nabi yang menimbulkan unjuk rasa di berbagai belahan dunia muslim. Sebelum edisi itu terbit, kantor majalah itu sempat dibom.

Puncaknya pada awal Januari lalu kantor Charlie Hebdo kembali diserang dua pria bersenjata. Mereka menembaki sejumlah kartunis dan redaktur majalah itu hingga 12 orang tewas. Kejadian ini langsung menjadi sorotan dunia. Sejumlah pemimpin dunia bahkan sempat ikut berunjuk rasa memprotes kekejaman itu.

2.
Prancis gabung koalisi Amerika gempur ISIS di Irak dan Suriah


Prancis menjadi negara pertama yang bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam menggempur ISIS di Irak lewat serangan udara.
Pada Septembr lalu akhirnya Prancis melancarkan serangan udara pertama ke ISIS di Suriah. Operasi ini digelar menyusul keputusan untuk memperluas upaya serangan terhadap kelompok militan tersebut, seperti dilaporkan Kantor berita AFP.

Kantor Kepresidenan Perancis mengatakan serangan udara ini dilakukan setelah pihaknya melakukan operasi pengintaian selama dua minggu terakhir.

Pekan lalu militer Prancis juga menghancurkan pusat pemasok minyak yang dikuasai ISIS di sebelah timur Suriah.

3.
Bunuh warga muslim di wilayah kekuasaan ISIS

Masih dalam pernyataan ISIS di media sosial Twitter tak lama setelah serangan di Paris, kelompok militan itu menyebut alasan mereka menyerang ibu kota Prancis itu karena ingin balas dendam atas kematian warga muslim akibat serangan udara militer Prancis di Irak dan Suriah.
"Prancis dan para pengikutnya harus tahu mereka tetap dalam target utama ISIS dan hidung mereka akan tetap mencium aroma kematian.

Karena berani menghina nabi kami, memerangi Islam di Prancis dan menyerang warga muslim di Suriah dengan pesawat-pesawat tempur mereka," demikian pernyataan ISIS di Twitter, seperti dilansir The Spectator, Sabtu (14/11).
"Kalian tidak akan hidup tenang selama pengeboman terus berlangsung. Kalian bahkan akan takut pergi ke pasar," kata ISIS.

4.
Warga muslim Prancis alami diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari

Merdeka.com -
Dalam pernyataan di Twitter usai melancarkan serangan di Paris, ISIS mengatakan perlakuan pemerintah Prancis yang memerangi Islam jadi alasan mereka menyerang Paris.
Dalam sebuah survei pada 2012 lalu terungkap, warga muslim Prancis mengalami diskriminasi dalam hal kesempatan mendapatkan pekerjaan dibanding warga Kristen.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, sebuah penelitian dilakukan David Laitin, profesor ilmu politik dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, menyebutkan warga beragama Nasrani di Negeri Anggur itu mempunyai kesempatan 2,5 kali lebih tinggi untuk mendapat pekerjaan ketimbang kaum muslim dengan kualifikasi sama.

Penelitian itu juga menyatakan warga Kristen keturunan Afrika di Prancis memiliki peluang 2,5 kali dipanggil wawancara kerja ketimbang penganut Islam dari etnis dan kualifikasi serupa.

Penelitian berdasarkan agama itu pertama kali dilakukan di Prancis. Biasanya penelitian semacam itu hanya memasukkan unsur ras dan geografi. "Tanpa informasi ini, mustahil memperbaiki keadaan dan menghilangkan diskriminasi antar warga," kata dia seperti dilaporkanStanford News.

Dalam penelitian itu, Laitin mensurvei 500 warga Senegal beragama Islam dan Kristen tinggal di Prancis sejak tiga tahun lalu. Dia menemukan rumah tangga Kristen mempunyai selisih pendapatan Rp 4,8 juta lebih tinggi ketimbang keluarga muslim.

Laitin bersama akdemisi lain melakukan serangkaian tes dalam penelitian ini. Dia menguji coba dua warga Prancis berkebangsaan Senegal dengan pendidikan master dan pengalaman beberapa tahun. Nama kandidat bisa mencerminkan agama dan kebangsaan seseorang.

Nama Marie Diouf mencerminkan orang itu berasal dari Senegal dan beragama Kristen. Nama Khadija Diouf menggambarkan kandidat itu beragama Islam. Para peneliti itu memasukkan data riwayat hidup dan pengalaman kerja masing-masing responden ke 300 iklan lowongan kerja. Hasilnya, Marie mendapat seratus telepon panggilan kerja, sementara Khadija hanya 38 kali ditelepon.

Prancis merupakan negara pertama di Eropa yang melarang penggunaaan jilbab dan cadar di tempat umum. Pemerintah menyatakan larangan itu bukan bersifat anti-muslim tapi ingin membaurkan kaum imigran dan minoritas di tengah masyarakat




sumber
Merdeka.com -
.